Studi Tentang Pencegahan Penularan Virus IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus) Di Broodstock Center Udang Vanname (Litopeneaus Vanname) Unit Pembenihan, BBAP Situbondo, Jawa Timur

Rabu, 16 Desember 2009


 Oleh : Palupi Dwi Ayuningtyas

 Ringkasan
           Dewasa ini, kebutuhan eksportir terhadap udang semakin meningkat. Udang vanname adalah salah satu komoditas ekonomis yang berhasil diintroduksi di Indonesia. Menurut hasil penelitian di lapang, udang hasil introduksi ini sangat rentan terhadap penyakit terutama penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus IMNV adalah virus terbaru yang pernah dilaporkan oleh petambak umumnya di wilayah Situbondo dan khususnya di BBAP Situbondo. Virus ini dikenal sangat berbahaya bagi udang yang telah terinfeksi. 



   
         
           Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui kondisi udang yang terkena penyakit IMN yang disebabkan virus IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus) serta tanda-tanda atau gejala klinis yang ditimbulkan dan untuk mengetahui upaya-upaya pencegahan penularannya di BCUV (Broodstock Center Udang Vanname) unit Pembenihan BBAP Situbondo.
          Metode penelitian yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian survei dengan teknik pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapang, partisipasi aktif, wawancara, dan studi pustaka. Data primer yang diambil meliputi data kualitas air (parameter fisika, kimia, dan biologi), data uji PCR (Polymerase Chain Reaction), dan data kegiatan pembenihan harian. Data sekunder yang diambil meliputi informasi dari wawancara kepada petugas BCUV yang dapat menunjang praktek kerja lapang. Pengumpulan data primer yaitu data kualitas air dilakukan sebanyak tiga kali dalam waktu satu bulan. Pengukuran kualitas air dilakukan pada bak tandon, bak pemeliharaan, bak larva, dan bak penampungan limbah. Pengambilan data uji PCR dilakukan satu kali dalam sebulan. Sampel yang digunakan untuk uji PCR adalah sampel kaki renang induk udang dari bak pemeliharaan dan bak perkawinan, dan sampel naupli dari bak penetasan.
          Hasil pengukuran kondisi kualitas air (parameter fisika dan kimia) di tandon, bak pemeliharaan, bak larva, dan bak penampungan limbah adalah suhu berkisar antara 27,7ºC-28,9 ºC, salinitas antara 30-33‰, oksigen terlarut antara 4,2-6,4mg/l. pH berkisar antara 7,4-8,2, ammonia berkisar antara >0,001-0,029. Sedangkan kondisi parameter biologi yaitu kondisi kematian induk udang setiap harinya berkisar 0,5-1%, HR telur udang berkisar 70-80%, SR larva udang berkisar 30-40%, dan total bakteri paling rendah pada tandon adalah 8,0x104 dan paling tinggi pada bak penampungan limbah adalah 7,5 x 106. Hasil skrining induk yang dilakukan dengan metode PCR pada sampel kaki renang dan naupli adalah negatif atau sampel tidak terdeteksi virus IMNV.
          Upaya pencegahan penularan virus yang dilakukan di BCUV unit pembenihan BBAP Situbondo adalah dengan menerapkan sistem biosecurity pada seluruh kegiatan pembenihan. Sistem biosecurity yang diterapkan mencakup sistem pakan yang steril, sistem pensterilan air, sistem pensterilan alat-alat yang digunakan, sistem kegiatan yang tertutup, sistem pemeliharaan induk yang SPF, serta monitoring induk dan benih dengan metode uji PCR secara berkala.
          Berdasarkan hasil pengamatan tentang upaya pencegahan penularan virus pada seluruh kegiatan pembenihan di BCUV BBAP Situbondo, dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan sudah baik. Tetapi dalam penerapan untuk kedepannya, diharapkan hendaknya sistem biosecurity diterapkan secara optimal baik dari sarana dan prasarana yang menunjang maupun kedisiplinan dari teknisi yang maksimal agar mendapatkan hasil yang maksimal.


Lihat artikel saya lainnya, tentang :



Mangrove

Virus IMNV

Fitoremediator CU

Evaluasi Perencanaan MDM (Sub-Sub DAS S. Sampean)

Evaluasi Perencanaan (Sub-Sub DAS S. Brantas)

Evaluasi Perencanaan MDM (Sub-Sub DAS S. Brantas)

Efektifitas tanaman air untuk menyerap Nitrat dan Fosfat

Studi Vegetasi Mangrove di Pantai Desa Peleyan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Jawa Timur

Selasa, 15 Desember 2009

oleh : Dony Prasetyo
Ringkasan

              Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan dan perlindungan terhadap erosi pantai. Kawasan pantai Desa Peleyan merupakan kawasan vegetasi mangrove yang di dalamnya terdapat upaya konservasi yaitu meliputi aspek pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan. Adanya upaya konservasi perlu didukung dengan pengetahuan tentang vegetasi mangrove itu sendiri agar upaya-upaya konservasi yang dilakukan dapat berjalan lebih baik. Oleh karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan di kawasan vegetasi mangrove Desa Peleyan sekaligus untuk mendapatkan pengetahuan tentang jenis-jenis, indek nilai penting dan zonasi mangrove.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur indek nilai penting (INP) dan mengetahui zonasi komunitas mangrove di pesisir Desa Peleyan. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di pesisir Desa Peleyan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai bulan Agustus 2008 hingga Juli 2009.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan analisis deskriptif, yaitu dengan mengadakan kegiatan pengumpulan, analisis dan interpretasi data yang bertujuan untuk membuat deskripsi mengenai keadaan yang terjadi pada saat penelitian. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan (Suryabrata, 1987). Data primer yang diambil meliputi penentuan tekstur tanah, pengukuran pH tanah, jenis-jenis mangrove, kerapatan vegetasi mangrove, diameter batang mangrove. Data sekunder yang diambil meliputi data pasang surut dan informasi wawancara masyarakat yang dapat menunjang praktek kerja lapang. Vegetasi mangrove dikelompokkan menjadi 4 stasiun pengamatan. Berdasarkan panjang lingkar batang, vegetasi mangrove dibagi menjadi 3 tingkat yaitu semai, belta dan pohon. Tiap stasiun ditentukan jumlah transek, kemudian pada transek-transek tersebut dicatat jumlah individu mangrove tiap tingkat, lingkar batang dan spesiesnya. Tiap stasiun diukur salinitas, pasang surut, pH dan tekstur tanah. Dari hasil pencatatan jumlah individu mangrove tiap tingkat, lingkar batang dan spesiesnya, kemudian dihitung nilai kerapatan, frekuensi, penutupan, dan indek nilai penting (INP).
             Vegetasi mangrove pada stasiun penelitian yaitu Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Acanthus ilicifolius dan Sesuvium portulacastrum. Jumlah jenis terendah sebanyak 2 jenis mangrove adalah stasiun I yang terletak di sebelah barat tambak intensif dan berbatasan langsung dengan Selat Madura dan stasiun IV yang terletak di bibir sungai sebelah tenggara dari tambak tradisional rumput laut dan merupakan stasiun yang terjauh dari laut. Jumlah jenis tertinggi sebanyak 6 jenis mangrove adalah stasiun II yang terletak di sebelah utara dari tambak tradisional rumput laut yang langsung menghadap Selat Madura.
Stasiun I yang terletak di sebelah barat tambak intensif dan berbatasan langsung dengan Selat Madura, INP terendah dengan nilai sebesar 147 pada tingkat semai adalah Avicennia alba, sedangkan INP tertinggi sebesar 153 adalah Avicennia marina. INP terendah sebesar 133,4 pada tingkat pohon adalah Avicennia alba. INP tertinggi sebesar 166,6 adalah Avicennia marina. Zonasi vegetasi mangrove dari laut menuju darat terdiri dari Avicennia alba dan Avicennia marina. Pengukuran nilai pH didapat 6,04 dengan testur tanah lempung berpasir.
 
Stasiun II yang terletak di sebelah utara dari tambak tradisional rumput laut yang langsung menghadap Selat Madura, INP terendah dengan nilai sebesar 49,39 pada tingkat semai adalah Rhizophora apiculata. INP tertinggi sebesar 130,7 adalah Avicennia alba. INP terendah sebesar 59,52 pada tingkat pohon adalah Avicennia marina. INP tertinggi sebesar 240,48 adalah Avicennia alba. Zonasi vegetasi mangrove dari laut menuju darat terdiri dari Avicennia alba, Avicennia marina, Sonneratia alba dan Rhizophora mucronata. Pengukuran nilai pH didapat 5,8 dengan testur tanah lempung liat berpasir.
Stasiun III yang terletak di sebelah timur dari tambak tradisional rumput laut dan tepian ujung muara sungai, INP terendah dengan nilai sebesar 25,53 pada tingkat semai adalah Avicennia alba. INP tertinggi sebesar 240,21 adalah Rhizophora apiculata. INP terendah sebesar 13,46 pada tingkat pohon adalah Avicennia alba. INP tertinggi sebesar 186,43 adalah Rizhophora apiculata. Zonasi vegetasi mangrove dari laut menuju darat terdiri dari Avicennia alba, Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata. Pengukuran nilai pH didapat 6,47 dengan testur tanah liat berpasir.
Stasiun IV yang terletak di bibir sungai sebelah tenggara dari tambak tradisional rumput laut, INP terendah dengan nilai sebesar 109,53 pada tingkat semai adalah Rhizophora mucronata. INP tertinggi sebesar 190,47 adalah Rhizophora apiculata. INP terendah sebesar 88,14 pada tingkat pohon adalah Rhizophora mucronata. INP tertinggi sebesar 211,57 adalah Rizhophora apiculata. Zonasi vegetasi mangrove dari laut menuju darat terdiri dari Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata. Pengukuran nilai pH didapat 6,17 dengan testur tanah liat berdebu.
Vegetasi mangrove yang tumbuh di kawasan praktek kerja lapang di Desa Peleyan yaitu Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Acanthus ilicifolius dan Sesuvium portulacastrum. Jumlah jenis mangrove terendah dari yaitu pada stasiun I dan stasiun IV, sedangkan jumlah jenis tertinggi pada stasiun II. Stasiun I cocok ditumbuhi Avicennia alba dan Avicennia marina dan mendapat pengaruh lingkungan laut lebih besar dari pada lingkungan darat. Stasiun II telah terjadi perubahan kondisi habitat bagi, yang semula kondisi habitat cocok bagi Sonneratia alba, berubah menjadi habitat yang cocok dengan Avicennia alba, Avicennia marina dan Rhizophora apiculata. Stasiun II mendapat pengaruh lingkungan laut lebih besar dari pada lingkungan darat. Stasiun III cocok untuk ditumbuhi oleh Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dan mendapat pengaruh lingkungan darat lebih besar dari pada lingkungan laut. Stasiun IV cocok untuk ditumbuhi oleh Rhizophora sp. dan mendapat pengaruh lingkungan darat lebih besar dari pada lingkungan laut. Perberdaan besarnya pengaruh laut dan darat pada keempat stasiun tersebut dapat kita ketahui dengan membandingkan salinitas, substrat yang tebentuk dan letak stasiun pengamatan.
Upaya konservasi di stasiun I, kegiatan penanaman mangrove sebaiknya menggunakan Avicennia sp. stasiun II Avicennia sp. dan Rhizophora sp. stasiun III menggunakan Rhizophora sp. stasiun III dan IV menggunakan Rhizophora sp. Upaya menjaga kondisi habitat mangrove pada keempat kawasan stasiun tersebut harus dilakukan pengawasan terhadap aktifitas-aktifitas manusia yang berada di laut maupun di darat yang berpotensi merusak habitat mangrove.



Lihat artikel saya lainnya, tentang :



Mangrove

Virus IMNV

Fitoremediator CU

Evaluasi Perencanaan MDM (Sub-Sub DAS S. Sampean)

Evaluasi Perencanaan (Sub-Sub DAS S. Brantas)

Evaluasi Perencanaan MDM (Sub-Sub DAS S. Brantas)

Efektifitas tanaman air untuk menyerap Nitrat dan Fosfat